Hati-Hati yang Tersentuh Dakwah


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)

Hati, atau lebih tepat bila diartikan sebagai jantung, adalah segumpal daging yang menentukan kemaslahatan seluruh tubuh. Jantung dapat berdegup lebih kencang ketika respon simpatis teraktivasi. Terdapat rangsang emosi yang membuat neuron di otak kita menjadi tersensitasi. Itulah mengapa kita pernah merasakan getaran hati saat mendengar lantunan ayat Al-Qur’an dibacakan. Juga, getaran hati saat mendengar azan yang berkumandang. Namun, ada kalanya kita tidak merasakan getaran itu.

Oleh karenanya, do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Bila demikian, artinya orang yang hatinya taat pada agama dapat berubah seketika menjadi tidak taat. Begitupun sebaliknya, terdapat probabilitas bahwa orang yang sebelumnya tidak taat dalam perkara agama dapat menjadi taat seketika itu pula. Hal inilah yang menjelaskan mengapa cara berdakwah terdapat dua, yaitu dakwah bil lisan dan dakwah bil qolb.

Kaidah dakwah bil lisan terdiri dari 6 metode. Hal ini disampaikan oleh KH Zaki Mubarok, Rais Syuriyah PBNU, dalam diskusi “Peta Gerakan Jalan Dakwah di Era Digital" di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Maret 2018.

  1. Qoulan masyura, menggunakan kalimat yang ringan, singkat, tapi berbobot
  2. Qoulan syadida, kalimat yang benar, lurus, dan jujur
  3. Qoulan layyina, perkataan yang lemah lembut untuk menimbulkan simpati dan empati
  4. Qoulan ma’rufa, kalimat menyesuaikan situasi dan kondisi kearifan lokal
  5. Qoulan baligho, kalimat mendalam yang menyentuh hati seseorang
  6. Qoulan karima, perkataan mulia yang tidak menyinggung atau menyakiti orang lain

Kalimat-kalimat yang baik akan memberikan efek yang baik pula pada lawan bicaranya. Melalui kalimat pula lah, dakwah bil qolb dapat dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa antara lisan dan qolb tidak benar-benar terpisah. Agar kalimat itu menjadi baik, maka sedari awal harus diniatkan dengan baik di hati. Hati yang jujur, benar, dan lurus akan menghasilkan kalimat yang jujur, benar, dan lurus pula.

Melalui buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karya Syekh Abbas bin Hasan As-Sisi, ditulis bahwa terdapat sebagian kecil cara dakwah dengan menyentuh hati.

  1. Menghafal nama
  2. Tersenyum
  3. Penampilan seorang da’i
  4. Pandangan penuh kasih sayang
  5. Memberikan tempat duduk saat di majelis
  6. Berjabat tangan

Sebagai akhir dari tulisan ini, ingatlah kembali saat hati kita dulu belum tersentuh oleh dakwah. Ingat pula bagaimana prosesnya hingga hati ini bisa nyaman dalam dekapan dakwah. Jika sudah mampu mengingatnya, maka sadarilah bahwa untuk membuat hati orang lain tersentuh dakwah tidaklah mudah. Menyentuh saja mungkin sudah susah, apalagi mendekapnya. Tentu jauh lebih susah. Oleh karena itu, ingatlah kembali bahwa yang memberikan hidayah itu adalah Allah. Silakan bermohon kepada Allah agar hidayah itu selalu hadir menyertai perjalanan dakwah ini.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [Al Qashash/28:56]

Tidak ada komentar:

Berilah komentar yang bijaksana tanpa menyinggung perasaan orang lain.

Diberdayakan oleh Blogger.