Individu dan Kelompok


Pendahuluan

Istilah individu memiliki definisi organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara fisiologi bersifat bebas dan tidak memiliki hubungan organik dengan sesamanya.[1] Meskipun demikian, manusia lebih dikenal sebagai zoon politicon, artinya manusia berperan sebagai makhluk sosial dan makhluk politik.[2] Sebagai makhluk sosial, manusia tentu membutuhkan orang lain agar pemenuhan kehidupannya tercapai.

Langkah yang tepat untuk melahirkan interaksi antar individu adalah melalui sebuah kelompok. Namun, dibutuhkan kesepakatan aturan-aturan atau norma-norma dalam mengatur interaksi yang berlangsung.

Tahap Perkembangan Kelompok

Ketika membahas kelompok, salah satu aspek yang erat kaitannya adalah tahapan perkembangan kelompok tersebut.[3] Penelitan yang berhubungan dengan bagaimana sebuah kelompok dibentuk dan berkembang telah dilakukan. Hasilnya adalah 4 tahap perkembangan kelompok yang pertama kali dicetuskan oleh Bruce Wayne Tuckman dan dipublikasi pada 1965. Teorinya dikenal dengan sebutan “Tuckman’s Stages” yang dilandasi penelitian dalam dinamika sebuah kelompok.[4]

Tuckman mengindentifikasi 4 tahapan perkembangan kelompok, yaitu forming, storming, norming, dan performing.[5] Barulah pada 1977, Ia bersama Mary Ann Jansen lalu menambahkan tahapan yang kelima, yaitu Adjourning (di beberapa referensi lain, mourning). Tahapan ini menunjukkan kondisi kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya. Anggota kelompok akan berpindah menuju kelompok lain dan mengerjakan pekerjaan lain di masa mendatang.[4] Pada artikel ini, hanya akan dibahas tahapan forming dan storming.


1. Pembentukan (Forming)

Karakteristik tahapan ini adalah adanya kebingungan saat pertama kali kelompok dibentuk.[3] Anggota kelompok belum saling mengenal[5] dan mungkin memilih untuk tidak bekerja dikarenakan belum jelasnya pembagian tugas di kelompok tersebut.[3] Pada pertemuan pertama, anggota diharapkan mengenal satu sama lain. Anggota dapat berbagi cerita latar belakang, minat, dan pengalaman kesan pertama berkenalan. Kelompok belum mulai bekerja dan lebih pada menemukan cara yang mungkin untuk bekerja sama.[4]

Dalam tahap inisiasi seperti ini, pemimpin perlu memperjelas tujuan kelompok dan arah pengerjaan tugas. Pemimpin perlu memastikan anggotanya memahami aturan main di dalam kelompok tersebut, karena anggota kelompok sangat bergantung pada pemimpin untuk mengarahkan mereka.[4]

2. Goncangan (Storming)

Pada fase tersulit ini, antar anggota kelompok akan terjadi perbedaan pendapat dan bahkan konflik. Fase ini tidak dapat dicegah.[4] Beberapa anggota mungkin akan melakukan penolakan terhadap tugas yang diberikan.[3] Perbedaan yang muncul berkisar arah, kepemimpinan, gaya bekerja, dan persepsi yang diharapkan sebagai produk akhir.[5]

Pada tahap ini, anggota kelompok akan beradu argumen yang mendukung idenya. Diperlukan peranan pemimpin untuk memastikan anggotanya saling mendengarkan satu sama lain dan menghargai perbedaan ide diantara mereka. Tahapan ini berakhir apabila kesepakatan telah tercapai. Namun poinnya adalah bagaimana keputusan dapat dicapai secepat mungkin. Di saat seperti ini lah dibutuhkan peran pemimpin yang tepat.[4]

Penutup

Meskipun tahapan-tahapan tersebut tergambar dengan jelas, namun ada beberapa kondisi pada salah satu tahapan yang hingga kini belum terjawab. Seperti apa yang akan terjadi pada perkembangan kelompok tersebut jika tahapan storm tidak kunjung selesai dan apa yang dibutuhkan untuk melewati tahapan perform.[6]



Hal-hal tersebut disebut “Re-working the Tuckman-Jensen model” yang memberikan sebuah pandangan baru tentang adanya barrier antar kompartemen tahapan perkembangan. Jadi, tahapan di atas tidak benar-benar terpisah satu sama lain.[6] Lebih jelasnya diilustrasikan pada skema di bawah ini.



Terlihat bahwa level 1 berisi forming dan storming, dimana untuk naik ke level selanjutnya harus melampaui weak behavioural barrier. Begitu pula dari level 2 ke level 3. Skema ini dibuat sebagai solusi untuk menjawab pertanyaan apabila kondisi di figure 2 terjadi.

Referensi:

  1. Kamus Besar Bahasa Indonesia versi Dalam Jaringan (Daring).
  2. Sumaryono E. Etika & Hukum, Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. 5th ed. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2006.
  3. Buku Ajar II MPKT A Universitas Indonesia 2017
  4. Abudi G. The Five Stages of Project Team Development [internet]. Project Management; 2016. Available from: https://project-management.com/the-five-stages-of-project-team-development/
  5. WHO. Patient Safety Curriculum Guide for Medical Schools. Geneva: WHO Press; 2011
  6. Rickards T, Moger S. Creative Leadership Processes in Project Team Development: An Alternative to Tuckman’s Stage Model. Br J Manag; 2000

Tidak ada komentar:

Berilah komentar yang bijaksana tanpa menyinggung perasaan orang lain.

Diberdayakan oleh Blogger.